Onde-onde Kue Khas Perayaan Cap Go Meh
A
A
A
JAKARTA - Setelah perayaan Tahun Baru Cina atau yang dikenal dengan Hari Raya Imlek yang jatuh pada tanggal 19 Februari lalu, pada 15 hari berikutnya adalah giliran perayaan Cap Go Meh.
Seperti yang dilansir dari CRI Online, setelah berakhirnya Hari Raya Cap Go Meh, maka berakhir pula seluruh perayaan Tahun Baru Imlek. Malam Cap Go Meh merupakan, malam pertama bulan purnama di setiap tahun baru.
Pada malam tersebut, biasanya masyarakat Tiongkok memiliki kebiasaan memasang lampion warna-warni. Tak hanya lampion, ada pula makanan yang wajib ada disaat perayaan Cap Go Meh, yakni onde-onde. Konon, tradisi menikmati onde-onde pada saat Cap Go Meh sudah ada sejak zaman Dinasti Song atau sekitar tahun 960-1279 Masehi.
Seorang pengusaha onde-onde terkemuka, Ibu Djuni Irawati, yang juga berketurunan Cina dari Banyumas ini mengaku, tidak begitu mengetahui perihal tradisi menikmati onde-onde di perayaan Cap Go Meh.
"Saya sendiri juga tidak begitu tahu, hanya orang-orang suka bilang kalau di Tahun Baru Cina, ini (onde-onde) salah satu makanan tradisionalnya. Pernah dengar juga katanya wijen (di onde-onde) itu lambang rejeki ya, bertaburan rejeki, gitu," ujar seorang ibu satu anak ini saat ditemui, di Kawasan Cibubur, Jakarta, Rabu (4/3/2015).
Tahun 2015 ini merupakan tahun kedelapan, Djuni menjalani bisnis kulinernya yang mengkhususkan pada salah satu kue berbentuk bulat dengan isian kacang hijau ini.
Dalam kurun waktu tersebut, dia pun mengalami masa pasang surut dalam berbisnis. Hingga akhirnya, Djuni telah memiliki enam outlet yang tersebar di Pasar Minggu, Cibubur, Antasari, dua outlet di Serpong, dan di Bintaro.
“Awalnya memang saya dibesarkan di keluarga pedagang kue di Banyumas. Saya sebenarnya nggak tertarik dengan makanan ini, karena sudah banyak di Jakarta. Saya pernah coba berbisnis yang lain tapi gagal, akhirnya orangtua saya bilang ke saya untuk coba bikin onde-onde, dengan nama Onde-onde Istimewa Banyumas. Outlet pertama saya di Jl. Raya Pasar Minggu. Awalnya pedagang asongan banyak turun ke jalan. Tahun ini taun kedelapan, sudah ada enam outlet di lima lokasi,” jelas pemilik Onde-onde Istimewa Banyumas ini.
Onde-onde milik Djuni ini, memiliki perbedaan dari onde-onde lain yang sering ditemui sebelumnya. “Kalau ciri khas onde-onde saya, isinya pasti lebih banyak, lebih lembut, penyajiannya pun dari sisi kemasannya, walaupun jajanan tradisional tapi saya kemasnya menarik, terus kalau kebanyakan orang jual kan dititipin jadinya kan dingin, kalau saya nggak, jadi hangat. Setiap hari gorengnya nggak terlalu banyak, nanti kalau sudah hampir habis baru digoreng lagi, jadi selalu hangat. Saya juga nggak pakai obat-obatan atau pengawet, jadi hanya tahan satu hari. Lebih dari itu kulitnya pasti keras,” urainya.
Djuni juga menambahkan, bahwa onde-ondenya itu menggunakan bahan dasar, yakni kacang hijau impor dari India. Wijen yang ia gunakan juga wijen impor.
Ia menjelaskan, jika menggunakan kacang hijau lokal, itu akan sulit untuk diolah menjadi lembut. Tekturnya akan keras. Bahkan beberapa pelanggan awalnya sempat mengira onde-onde buatannya adalah berisi kentang karena tekstur yang sangat lembut dari kacang hijau kupas import yang ditumbuk tadi.
Soal varian rasa, Djuni juga menyajikan beberapa pilihan rasa. Untuk kulitnya ada dua jenis yaitu ketan putih dan ketan hitam. Sedangkan untuk isiannya, ada kacang hijau kupas, kacang hijau dengan kulit yang dimasak dengan gula jawa, kacang merah dengan keju, dan durian dengan keju.
Seperti yang dilansir dari CRI Online, setelah berakhirnya Hari Raya Cap Go Meh, maka berakhir pula seluruh perayaan Tahun Baru Imlek. Malam Cap Go Meh merupakan, malam pertama bulan purnama di setiap tahun baru.
Pada malam tersebut, biasanya masyarakat Tiongkok memiliki kebiasaan memasang lampion warna-warni. Tak hanya lampion, ada pula makanan yang wajib ada disaat perayaan Cap Go Meh, yakni onde-onde. Konon, tradisi menikmati onde-onde pada saat Cap Go Meh sudah ada sejak zaman Dinasti Song atau sekitar tahun 960-1279 Masehi.
Seorang pengusaha onde-onde terkemuka, Ibu Djuni Irawati, yang juga berketurunan Cina dari Banyumas ini mengaku, tidak begitu mengetahui perihal tradisi menikmati onde-onde di perayaan Cap Go Meh.
"Saya sendiri juga tidak begitu tahu, hanya orang-orang suka bilang kalau di Tahun Baru Cina, ini (onde-onde) salah satu makanan tradisionalnya. Pernah dengar juga katanya wijen (di onde-onde) itu lambang rejeki ya, bertaburan rejeki, gitu," ujar seorang ibu satu anak ini saat ditemui, di Kawasan Cibubur, Jakarta, Rabu (4/3/2015).
Tahun 2015 ini merupakan tahun kedelapan, Djuni menjalani bisnis kulinernya yang mengkhususkan pada salah satu kue berbentuk bulat dengan isian kacang hijau ini.
Dalam kurun waktu tersebut, dia pun mengalami masa pasang surut dalam berbisnis. Hingga akhirnya, Djuni telah memiliki enam outlet yang tersebar di Pasar Minggu, Cibubur, Antasari, dua outlet di Serpong, dan di Bintaro.
“Awalnya memang saya dibesarkan di keluarga pedagang kue di Banyumas. Saya sebenarnya nggak tertarik dengan makanan ini, karena sudah banyak di Jakarta. Saya pernah coba berbisnis yang lain tapi gagal, akhirnya orangtua saya bilang ke saya untuk coba bikin onde-onde, dengan nama Onde-onde Istimewa Banyumas. Outlet pertama saya di Jl. Raya Pasar Minggu. Awalnya pedagang asongan banyak turun ke jalan. Tahun ini taun kedelapan, sudah ada enam outlet di lima lokasi,” jelas pemilik Onde-onde Istimewa Banyumas ini.
Onde-onde milik Djuni ini, memiliki perbedaan dari onde-onde lain yang sering ditemui sebelumnya. “Kalau ciri khas onde-onde saya, isinya pasti lebih banyak, lebih lembut, penyajiannya pun dari sisi kemasannya, walaupun jajanan tradisional tapi saya kemasnya menarik, terus kalau kebanyakan orang jual kan dititipin jadinya kan dingin, kalau saya nggak, jadi hangat. Setiap hari gorengnya nggak terlalu banyak, nanti kalau sudah hampir habis baru digoreng lagi, jadi selalu hangat. Saya juga nggak pakai obat-obatan atau pengawet, jadi hanya tahan satu hari. Lebih dari itu kulitnya pasti keras,” urainya.
Djuni juga menambahkan, bahwa onde-ondenya itu menggunakan bahan dasar, yakni kacang hijau impor dari India. Wijen yang ia gunakan juga wijen impor.
Ia menjelaskan, jika menggunakan kacang hijau lokal, itu akan sulit untuk diolah menjadi lembut. Tekturnya akan keras. Bahkan beberapa pelanggan awalnya sempat mengira onde-onde buatannya adalah berisi kentang karena tekstur yang sangat lembut dari kacang hijau kupas import yang ditumbuk tadi.
Soal varian rasa, Djuni juga menyajikan beberapa pilihan rasa. Untuk kulitnya ada dua jenis yaitu ketan putih dan ketan hitam. Sedangkan untuk isiannya, ada kacang hijau kupas, kacang hijau dengan kulit yang dimasak dengan gula jawa, kacang merah dengan keju, dan durian dengan keju.
(nfl)